7 research outputs found

    Evaluation on Biofilter in Recirculating Integrated Multi-Trophic Aquaculture

    No full text
    Integrated multi-trophic aquaculture pays more attention as a bio-integrated food production system that serves as a model of sustainable aquaculture, minimizes waste discharge, increases diversity and yields multiple products. The objectives of this research were to analyze the efficiency of total ammonia nitrogen biofiltration and its effect on carrying capacity of fish rearing units. Pilot-scale bioreactor was designed with eight run-raceways (two meters of each) that assembled in series. Race 1-3 were used to stock silky worm (Tubifex sp) as detrivorous converter, then race 4-8 were used to plant three species of leaf-vegetable as photoautotrophic converters, i.e; spinach (Ipomoea reptana), green mustard (Brassica juncea) and basil (Ocimum basilicum). The three plants were placed in randomized block design based on water flow direction. Mass balance of nutrient analysis, was applied to figure out the efficiency of bio-filtration and its effect on carrying capacity of rearing units. The result of the experiment showed that 86.5 % of total ammonia nitrogen removal was achieved in 32 days of culturing period. This efficiency able to support the carrying capacity of the fish tank up to 25.95 kg/lpm with maximum density was 62.69 kg/m3 of fish biomass productio

    PEMANFAATAN LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN

    Get PDF
    The abandoned land of coal mining activity in a form of pond was used for fish culture by the people of Kutai Kartanegara Regency of East Kalimantan Province.  However, the problem occurs firstly when the land opened for the open pit system that should make the change of water quality of physic, chemistry, and biology of pond after mining activity. This research was done to know the existing condition of former coal mining land, and to analyze the sustainability of aquaculture in this area. Aquaculture sustainability in former coal mining ponds were analyzing with multi dimensional scaling which is a developmental method of Rap-fish (rapid appraisal analysis). The results of the analyzing for every dimension showed that ecological, economical, and sociality has approved index, which mean that balanced were occurred in these dimension for sustainability of the aquaculture activity. The ecological dimension, economy, and social in the developing activity must be in balanced without domination to achieve for sustainability

    PENYISIHAN LIMBAH NITROGEN DARI SISTEM AKUAKULTUR MULTITROFIK TERPADU MENGGUNAKAN TANAMAN SAYUR SEBAGAI KONVERTER FOTOAUTOTROF

    Get PDF
    Tiga spesies tanaman sayur, kangkung darat (Ipomoea reptana), sawi (Brassica juncea), dan kemangi (Ocimum basilicum) dibandingkan guna mengonversi ammonium dan nitrat nitrogen dari sistem akuakultur. Tanaman tersebut ditanam secara hidroponik menggunakan teknik rakit (rafting technique) dengan tata letak rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tingkat konversi nitrogen oleh ketiga jenis tanaman berbeda secara nyata dengan tingkat retensi nitrogen tertinggi pada tanaman kangkung sebesar 0,73±0,28 g; diikuti oleh kemangi (0,30±0,17 g); dan terakhir oleh sawi (0,03±0,07 g). Secara keseluruhan ketiga tanaman mampu menyisihkan limbah nitrogen sebesar 6,70% dari total produksi TAN dari sisa metabolisme ikan yang dibudidayakan

    PEMANFAATAN KOLAM PENGENDAP TAMBANG BATUBARA UNTUK BUDIDAYA IKAN LOKAL DALAM KERAMBA

    Get PDF
    Uji coba budidaya dalam keramba telah dilakukan untuk mengetahui kelayakan kolam pengendap tambang batubara untuk areal budidaya ikan bagi masyarakat sekitar apabila kegiatan tambang telah ditutup, serta untuk mengetahui apakah produk ikan yang dihasilkan cukup aman untuk dikonsumsi manusia. Percobaan dilakukan pada bekas kolam pengendap DS2 milik PT KPC, dengan mengunakan 5 buah keramba apung berukuran 3 m x 1 m x 1 m yang dalam setiap keramba ditebar benih dari alam untuk ikan repang (Barbodes schwanenfeldii) ukuran rata-rata 20,2 g; puyau (Osteichilus kappenii) ukuran 66,1 g; dan mas (Cyprinus carpio) ukuran 28,96 g dari pemijahan di laboratorium sebanyak masing-masing 200 ekor, serta pepuyu (Anabas testudineus) ukuran rata-rata 41,4 g dari alam sebanyak 50 ekor, udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ukuran 113,8 g juga dari alam sebanyak 50 ekor. Pakan diberikan secara sampai kenyang (ad libitum). DO, pH, suhu, DHL, dan kekeruhan diukur harian, sedangkan ikan diukur pertumbuhan bobotnya. Setelah dipelihara selama 4 bulan dan memenuhi ukuran konsumsi, ikan dan udang diperiksa kandungan Sb, Se, As, Hg, Mn, Cd, Fe, Cu, Pb, dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekas kolam pengendap tambang batubara cukup layak untuk dikembangkan sebagai areal budidaya ikan dengan memberikan pertumbuhan bobot populasi sebesar 570,79% (repang, SR: 95%), 202,57% (puyau, SR: 97%), 573% (mas, SR: 2,5%), 238,92% (udang galah, SR: 10%), 447,10% (pepuyu, SR: 14%) dan produknya cukup aman untuk dikonsumsi, dengan kandungan Sb (0,24-2,45 mg/L, rasio terdeteksi dari sample: 100%), Se (0,00-0,06, 57,14%), As (tidak terdeteksi/ttd), Hg (0,00-0,06 mg/L, 50%), Mn (ttd-1,68 mg/L, 14,29%), Cd (ttd), Fe (ttd-5,45 mg/L, 7,14%), Cu (ttd), Pb (ttd), dan Zn (7,82-61,50 mg/L, 100%).The experiment was conducted to study the feasibility of settling or sedimentation pond of coal mining to be used for culturing fish in net cage for local people post  mining activities. Experimental 3 m x 1 m x 1 m of 5 floating net cages were located in DS 2, an abandoned settling pond owned by Kalimantan Timur Prima Coal (KPC). Each cage was stocked with natural barb seed (Barbodes schwanenfeldii) with mean weight of 20.2 g, fresh water carp or puyau (Osteichilus kappenii) with mean weight of 66.1 g, and common carp (Cyprinus carpio) with mean weight of 28.96 g from fish hatchery with density of 200 seeds per species per cage, wild seed of climbing pearch (Anabas testudineus) with mean weight of 41.4 g and density of 50 seeds per cage, and giant prawn (Macrobrachium rosenbergii) with mean weight 113.8 g and density of 50 seeds per cage. The fishes were feed ad libitum. Water quality parameters were measured daily consisting of DO, pH, temperature, conductivity, and turbidity, while fish growth was determined by measuring its weight. After 4 months of rearing and reached marketable size, the fish were then measured for the evidence of Sb, Se, As, Hg, Mn, Cd, Fe, Cu, Pb, and Zn. The result shows that the settlement pond of coal mining is feasible to rear fish in cage. The recorded fish growths were 570.79% for barb fish with survival rate/SR: 95%, 202.57% for local carp with SR: 97%, 573% for common carp with SR:2.5%), 238.92% for giant prawn with SR:10%), 447.10% for climbing perch with SR:14%. All of the reared fish are safe to be consumed because they have normal content of Sb (0.24 to 2.45 mg/L, and detected ratio in all sample was: 100%), Se (0.00 to 0.06; 57.14%), As (not detected/nd), Hg (0.00 to 0.06 mg/L, 50%), Mn (nd to 1,68 mg/L, 14.29%), Cd (nd), Fe (nd-5.45 mg/L, 7.14%), Cu (nd), Pb (nd), and Zn (7.82-61.50 mg/L, 100%).

    Evaluasi Tingkat Kesuburan Perairan Terkait Kandungan Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Di Pesisir Bontang dan Panajam Paser Utara

    No full text
    Seaweed K. alvarezii  has been cultured massivelly along eastern kalimantan coastal zone.  Meanwhile, every region potentially has diverse trophical status that affects its carraginan content. This study aimed to compare the thropical status of cultured seaweed location that situated in two region (Bontang and Panajam Paser Utara, PPU) and of its carragenan content. Seaweed in two different age (30 and 40 days) are sampled as well as water quality. Total Nitrogen (TN) and Total Phosphrous (TP) in particular are measured. The result showed that Bontang coastal area has Trophical Index (TRIX) 5,9 (meant high trophic level). the value was contrast with PPU that had 3,8 of TRIX meant low trophic level. However, carragenan content of seaweed from Bontang has lower than PPU, were 45 % and 64 %, respectivelly. Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) sudah dibudidayakan secara luas di pantai Kalimantan Timur. Sementara itu, setiap wilayah berpotensi memiliki status kesuburan perairan yang berbeda yang akan mempengaruhi kandungan karaginan rumput laut yang dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan status trofik lokasi pembudidayaan rumput laut dan kandungan karaginannya pada dua wilayah, yakni di perairan Bontang dan di perairan Panajam  Paser Utara (PPU). Sampel rumput laut diambil pada dua umur tanam berbeda (30 dan 40 hari), serta dilakukan pengukuran dan sampling kualitas airnya. Terutama, parameter Total Nitrogen (TN) dan Total Fosfor (TP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perairan Bontang memiliki Indeks Trofik (TRIX) 5,9 (berarti kesuburan tinggi), namun sebaliknya, pada perairan PPU memiliki Indeks Trofik 3,9 (berarti kesuburan rendah). Akan tetapi, kandungan karaginan rumput laut dari Bontang justru lebih rendah dibandingkan dengan PPU, yakni; 45 % dan 64 % &nbsp

    Goldfish intestinal microflora determined with fluorescently labeled rRNA-targeted oligonucleotide probes

    No full text

    PENGEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) UNTUK SKALA RUMAH TANGGA

    Get PDF
    Penelitian pengembangan pembenihan ikan betok (Anabas testudineus) untuk skala rumah tangga telah dilakukan untuk mengatasi sulitnya ketersediaan benih ikan betok untuk keperluan budidaya di Kalimantan Timur. Sebanyak tiga orang warga Kota Samarinda telah dipilih untuk mengembangkan pembenihan ikan betok selama delapan bulan. Sebanyak 20 ekor indukan jantan dan 30 ekor indukan betina ukuran 30-110 g/ekor, dipelihara dalam kotak kayu ulin kedap air ukuran 2 m x 1 m x 0,75 m dengan menggunakan media air hujan dan diberi makan ad libitum pagi dan sore dengan menggunakan pelet mengandung protein minimal 30%. Indukan yang telah matang gonad disuntik dengan hormon Ovaprim sesuai dosis anjuran, dan selanjutnya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina dipijahkan dalam akuarium kaca ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan ketinggian media air hujan 30 cm. Larva ikan betok diberi pakan 2x sehari pagi dan sore berupa larutan infusoria, dan kutu air (Moina sp.) hidup sebagai persiapan pakan lanjutan. Selain pengamatan terhadap pemahaman pembenihan ikan betok oleh pelaksana, dilakukan juga pengamatan terhadap tingkat keberhasilan pemijahan, bobot telur (butir), derajat penetasan (%), sintasan (ekor, %), jenis plankton di media, panjang dan bobot anakan pada umur empat bulan, serta kualitas air. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan pembenihan ikan betok dapat dilakukan di tingkat rumah tangga pada lahan sempit dengan metode induced breeding, dengan 100% terjadi pemijahan, jumlah telur: 8.978-39.868 butir, derajat penetasan: 69,40%-98,14%, derajat sintasan anakan hingga usia empat bulan: 0,17% dan 0,54%, panjang total anakan usia empat bulan adalah (nilai rata-rata ± simpangan baku): 49,51 ± 15,71 mm, dan bobot: 2,46 ± 2,50 g (n= 24), hubungan antara panjang total (X) terhadap bobot (Ŷ) pada umur yang sama adalah: Ŷ=4,59 + 0,15X dan keeratan korelasi (r) sebesar: 0,96. Ikan betok dapat dibudidayakan pada media air hujan dengan kejenuhan oksigen: 1,50%-47,4%, kelarutan oksigen: 0,12-3,80 mg/L, dan pH: 3,45-5,85. Rendahnya sintasan benih ikan betok utamanya disebabkan oleh tingginya pemangsaan antar sesama (kanibalisme) sejak benih berusia lebih dari satu minggu, dan sulit untuk dikendalikan
    corecore